Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

anak berkebutuhan khusus

BAB I


PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang


Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.


Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan.Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai : intervensi pembelajaran yang dianggap cocok. Asesmen di sini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, pengamatan yang sensitif. Kegiatan ini biasanya memerlukan penginstrumen khusus secara baku atau dibuat sendiri oleh guru kelas. Guru yang mumpuni adalah guru yang mampu mengorganisir kegiatan mengajar di kelas melalui program pembelajaran individual dengan latihan kemampuan dan kelemahan setiap individu siswa. Pola kegiatan pembelajaran ini kita kenal dengan nama lain sebagai individualized educa-jarogram (IEP). Selama proses kegiatan pembelajaran, guru kelas ditantang untuk dapat memberikan intervensi khusus guna mengatasi bentuk kelainan-kelainan perilaku yang muncul,agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.


Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.


Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, yang dipersiapkan oleh para guru di sekolah, ditujukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan didasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Model bimbingan terhadap peserta didik berkebutuhan khusus seyoganya difokuskan dahulu terhadap perilaku nonadaptif atau perilaku menyimpang sebelum mereka melakukan kegiatan program pembelajaran individual. Bimbingan semacam ini dapat diterapkan melalui upaya-upaya pengondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya mengembangkan perilaku-perilaku efektif sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.


1.2  Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut


1.2.1  Bagaimanakah karakteristik anak berkelainan fisik ?


1.2.2  Bagaimanaka karakteristik anak berkelainan mental emosional ?


1.2.1  Bagaimanaka karakteristik anak berkelainan akademik ?


1.3  Tujuan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut


1.2.1  Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan fisik


1.2.2  Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan mental emosional


1.2.1  Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan akademik




BAB II


PEMBAHASAN


2.1 Karakteristik Anak Berkelainan Fisik


Anak –anak berkelainan fisik terdiri dari tunanetra, tunarunggu dan tunadaksaha. Adapun karaketistik kelainan fisik meliputi :


1. Karakteristik Tunanetra


Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfurigsian organ penglihatan atau mata seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunanetra, diantaranya adaiah:




  • Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan

  • Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.

  • Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum

  • Sosial/emosianal, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya


2. Karakteristik Tunarungu


Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidak fungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu, diantaranya adaiah:




  • Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak

  • Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak normal pada umumnya

  • Motorik, sering anak tunarunggu kurang memiliki keseimbangan motorik dengan baik

  • Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan, mudah tersinggung


3. Karakteristik Tunadaksa


Anak Tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf pusat atau otak, dengan karakteristik sebagai berikut:




  • Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik maupun motorik

  • Kemempuan akademik untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya sedangkan untuk tuna daksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.

  • Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.

  • Sosial – emosional , anak tuna daksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain.


2.2 Karakteristik Anak Berkelainan Mental Emosional


Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-emosional, yaitu anak tunagrahita, dan tunalaras.


1. Karakteristik Tunagrahita


Karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut:


a. mampudidik


Mampudidik merupakan istilah pendidikan yang digunakan untuk mengelompokan tunagrahita ringan. Mampudidik memiliki kapasitas intelegensi antara 50-70 pada skala Binet maupun Weschler. Anak mampudidik kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahun atau kelas 6 sekolah dasar, apabila mendapat pelayanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak mampudidik dapat lulus Sekolah dasar. Tunagrahita mampudidik umumnya tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga kesan lahiriah anak mampudidik tidak berbeda dengan anak normal sebaya, bahkan sering anak mampudidik dikenal dengan terbelakang mental 6 jam, hal ini dikarenakan anak terlihat terbelakang mental sewaktu mengiuti pelajaran akademik di sekolah saja, yang mana jam sekolah adalah 6 jam setiap hari.


b. Mampulatih


Tunagrahita mampu latih secara fisik sering memiliki atau diserati dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan dengan tipe klinik masuk dalam kelompok mampulatih sehingga sangat mudah untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya (kesan lahiriah) berbeda dengan anak normal sebaya. Anak mampulatih memiliki kapasitas intelegensi (IQ) berkisar 30-50, kemampuan tertingginya setara dengan anak normal usia 8 tahun atau kelas 2 SD. Kemampuan akademik anak mampulatih tidak dapat mengikuti pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara sederhana seperti membaca, menulis dan berhitung. Anak mampulatih hanya mampu dilatih dalam keterampilan mengurus diri sendiri dan aktivitas kehidupan sehari-liari.


c. Perlu rawat


Anak perlu rawal adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat, jika pada istilah kedokteran disebut dengan idiot Anak perlu rawat memiliki kapasitas inteligensi di bawah 25 dan sudah tidak mampu dilatih keterampilan. Anak ini hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning) dalam kehidupan sehiri-hari. Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang lain.


2. Karakteristik Tunalaras


Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalani aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya.


Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:


a. Karakteristik umum


•        Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang,
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi,
tidak   mau   bekerjasama,   sok   aksi,   ingin   menguasai   orang lain.
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.


•        Mengalami kecemasan; kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan,
tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering
menangis, malu, dan sebagainya.


•        Kurang    dewasa,     suka    berfantasi,    berangan-angan,    mudah
dipengaruhi,   kaku,   pasif,   stika   mengantuk,   mudah   bosan,   dan
sebagainya


•        Agresif; suka mencuri dengan kelompoknya,
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.


b    Sosial /emosi


•        Sering melanggar norma masyarakat


•        Sering mengganggu dan bersifat agresif


•        Secara emosional sering merasa rendah diri mengalami kecemasan


c. karakteristik akademik


•        Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah rata-rata


•        Sering tidak naik kelas


•        Sering membolos sekolah


•        Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas


2.3 Karakteristik Anak Berkelainan Akademi


Anak-anak berkelainan akademik terdiri dari anak berbakat dan anak berkesulitan belajar. Adapun karaketistik kelainan akademik meliputi :


1. Karakteristik Anak Berbakat


Anak berbakat merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya anak berkelainan mental tinggi yaitu di atas rata-rata anak normal. Adapun karakteristik atau ciri yang menenjol pada anak berbakat meliputi:




  1. Karakteristik Intelektual, cepat dalarn belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi.

  2. Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan diri
    dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership)
    terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa
    serta mampu mengontrol emosi.

  3. Kaiakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan menarik, memiliki daya
    tahan tabuh yang baik terhadap penyakit. dapat memelihara penampilan
    fisik yang bersih dan rapi.


2. Karakteristik Anak Berkesulitan belajar


Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional.


Berkesulitan belajar spesifik pada dasarnya pada dasarnya dapat dipaham dengan 4 demensi yaitu:




  • Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar

  • Adanya disfungsi minimal otak

  • Adanya gangguan pada proses psikologi dasar

  • Adanya kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik


Kesulitan belajar dapat dibagimenjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra sekolah dan kesulitan akademik bagi anak usia sekolah.


BAB III


PENUTUP



3.1 Simpulan


Karakteristik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan.Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai : intervensi pembelajaran yang dianggap cocok. Asesmen di sini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, pengamatan yang sensitif.


Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.


3.2 Saran


Saran ini ditujukan kepada para pembaca khususunya pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat di dunia pendidikan agar memberikan perhatian dan pelayanan secara khusus mengingat karakteristik dari anak berkemampuan khusus itu bermacam-macam dan memerlukan pelayanan yang optimal seperti layaknya anak normal. Pelayanan yang diberikan dapat berupa pengetahuan, bimbingan dan fasilitas-fasilitas sesuai dengan karakteristik masing-masing anak berkemampuan khusus.


Daftar Pustaka




Delphie,Bandi. 2006 . Pembelajaran Anak Berkebutuhan khusus. Bandung: PT Refika Adiatama.


Azwandi,Yosfan. 2007. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.


Iswari, Mega. 2007. Kecakapan Hidup bagi Anak Berkebuthan Khusus. Jakarta:


Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Post a Comment for "anak berkebutuhan khusus"