Penemuan Terbimbing
Penemuan Terbimbing
A. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya
fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah
dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam
Lestari, 2001:7) adalah sebagai berikut:
- Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu
dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
- Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara
untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji
kebenarannya.
- Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi
penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki
keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka
berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara
tepat.
- Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu
berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada
merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
- Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa
berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana
konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah
kemudian diperoleh hasil (produk).
B. Proses Belajar Mengajar IPA
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lainnya saling berhubungan (inter
independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami
proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama
Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan
kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program
tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran IPA.
C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode
pembelajaran dimana dalam proses belajar
mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri
informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau
diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:1972). Metode pembelajaran ini merupakan
suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi
pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya,
melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri
(Hudojo, 1988, 114). Metode pembelajaran
yang ekstrim seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik
belum sebagai ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih
memerlukan bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu
yang murni. Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode
pembelajaran penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar
melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun pesertra didik.
Seperti uraian di atas bahwa penemuan terbimbing (Guided Discovery) merupakan salah satu
dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe (dalam Hariyono, 2001:3)
menyatakan bahwa penemuan terbimbing tidak hanya sekedar keterampilan tangan
karena pengalaman, kegiatan pembelajaran dengan model in tidak sepenuhnya
diserahkan pada siswa, namum guru masih tetap ambil bagian sebagai pembimbing.
Penemuan terbimbing merupakan suatu metode pembelajaran yang tidak langsung (Indirect Instuction). Siswa tetap
memiliki porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:1) metode
pembelajaran penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja
dirancang dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para
siswa diajak atau didorong untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian
sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
Dalam pembelajaran penemuan terbimbing tugas guru
cenderung menjadi fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau
menghadapi kelas besar atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas.
Karena itu sebelum melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru perlu
benar-benar mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman
konsep-konsep yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan
terjadi di kelas sewaktu pembelajaran tersebut berjalan. Dengan kata lain guru
perlu mempersiapkan pembelajaran dengan cermat, Soedjadi (dalam Purwaningsari,
2001:18).
Keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran penemuan
terbimbing.
- Keuntungan metode pembelajaran penemuan terbimbing
Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran metode pembelajaran
penemuan terbimbing adalah:
a.
Pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan
mudah diterapkan pada situasi baru.
b.
Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa
memecahkan masalaha tanpa pertolongan orang lain.
c.
Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan
tidak hanya menerima saja.
d.
Terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan
masalah.
- Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan
masalah.
Adapun kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing menurut
Ruseffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut:
a.
Tidak semua materi dapat disajikan dengan mudah,
menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
b.
Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih
banyak.
c.
Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya
tidak dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode
lain misal ekspositori, ceramah, dan lain sebagainya).
Sintak penemuan terbimbing menurut Arends (dalam
Haryono, 2001:25), dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing
Model Arends
No
|
Fase-fase
|
Kegiatan Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan,
mengelompokkan dan menjelaskan prosedur discovery
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing
|
2
|
Guru menyampaikan suatu
masalah
|
Guru mejelaskan masalah
secara sederhana
|
3
|
Siswa memperoleh data
eksperimen
|
Guru mengulangi pertanyaan
pada siswa tentang masalah dengan mengarahkan siswa untuk mendapat informsi
yang membantu proses inquiry dan penemuan
|
4
|
Siswa membuat hipotesis dan
penjelasan
|
Guru membantu siswa dlam
membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah
|
5
|
Analisis proses penemuan
|
Guru membimbing siswa
berfikir tentang proses intelektual dn proses penemuan dan menghubungkan
dengan pelajaran lain.
|
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa guru dalam
metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam
nenemukan konsep.
D. Motivasi Belajar
- Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah
suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan
lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong
seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
- Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi
Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar (Usman, 2000:29).
Sedangkan
menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa
strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
1)
Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2)
Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok.
3)
Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk
mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4)
Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas
pekerjaannya.
5)
Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu
atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang
tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
1)
Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan
persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi
orang lain.
2)
Pace Making
(membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru,
hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3)
Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk
mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu
yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu
perbuatan.
4)
Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan
rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5)
Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu
memiliki minat yang besar.
6)
Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan
tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi,
angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang
tinggi, dan lain sebagainya.
E. Prestasi Belajar IPA
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu
yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju
pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan
bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan
secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap
Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001:3). Sedangkan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan terbimbing
adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa
terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan
informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan terbimbing akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik
dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar
penemuan terbimbing ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai
menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002:19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya motivasi dalam pembelajaran metode pembelajaran penemuan
terbimbing tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan
motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi
motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
G. Kerangka Teori
- Metode penemuan terbimbing adalah:
Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara
tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.
- Motivasi belajar adalah:
Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan
kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan
mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
- Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
Post a Comment for "Penemuan Terbimbing"