Matematika Perkalian Cara Susun, Contoh PTK
Matematika Perkalian Cara Susun, Contoh PTK
A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran
Matematika
Mengajarkan matematika tidaklah mudah,
oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka
dari itu perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar
khususnya pada mata pelajaran matematika.
“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of
patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling
berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of
thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa
data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an
art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4)
sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan
dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan
sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai
alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan
sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )
- Kunjungi Juga
- Contoh PTK
- Download file PTK Lengkap
Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari
matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada
pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah
matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 199 : 1).
Berdasarkan paparan tersebut di atas
jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran matematika harus diberikan sesuai
dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus
tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa.
Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai
dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram
matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa.
Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar
bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa
pelajaran matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk
dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu
yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu
harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas
analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA
guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif
belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang
didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap
struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison,
1991:1).
Dengan melihat paparan
tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu untuk
menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses
pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas
pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain
sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat
oleh siswa.
Adapun tujuan pembelajaran matematika
disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika
sekolah adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
.
B. Konsep Pembelajaran Mata Pelajaran IPS
Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna
bagi siswa apabila guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga
dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam
proses pembelajarannya.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus
memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam
kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang
dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang
sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit),
dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan
materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep
seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin,
lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,
permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program
studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnyaIPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang
abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas
(expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang
mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat
ke yang jauh, dan seterusnya.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya
C. Srtategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.
Menurut Newman dan Logan , dalam bukunya yang
berjudul Strategy Policy and Central Management(1971 : 8), strategi
dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb :
a. Mengidentifikasi
dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai
dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera
masyarakat.
b. Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang paling efektif guna
mencapai sasaran tersebut.
c. Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai
sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan
dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.
Melihat
paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan
sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik.
Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat
sehingga dengan cepat siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.
D. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan
Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut :
1. Penelitian,
menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan,
menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas,
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.
Dari
ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK
bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi
antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci,
tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan
mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3. Meningkatkan
sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di
lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
Agar
peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1. Kegiatan
nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan
dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian
dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi
dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi
wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu
khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
2. Adanya
kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah
filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang
lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya
hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang
datang susul menyusul. Penelitian
tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya
perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu
sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan,
yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui
sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3. SWOT
sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai
dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus
mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang
kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar
diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan
prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli,
yang biasanya tidak mengudang resiko.
4. Upaya
empiris dan sistemik
Merupakan penerapan
prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti sudah
mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak
pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan
objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
5. Ikuti
prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim
dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable
(dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat
diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional,
tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu,
terencana).
Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable
adalah yang paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh
karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan,
mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan
mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan
kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang
tinggi.
Secara garis besar terdapat 4
tahapan yang lazim dilalui :
1. Menyusun
rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati
proses yang dijalankan.
2. Pelaksanaan
Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan
(observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi
agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Refleksi
(reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal
yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan
secar cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Jika
penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi
terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain
apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan
melanjutkan dalam kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Menuntut
dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil
pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang
harus diambil segera oleh peneliti
3. Dilakukan
sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Terjadi
secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak
mengubah jadwal yang berlaku.
5. Harus
betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang
bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan
rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Harus benar-benar
menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa
yang sedang belajar.
Objek PTK harus
merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang
sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK
tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4)
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh
siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil
pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam
kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru
memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan
papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata
uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata
yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua,
adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru.
Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar.
PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang
guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK.
Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan
sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
Post a Comment for "Matematika Perkalian Cara Susun, Contoh PTK"