Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemberian Tugas


Pemberian Tugas

A.    Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasulullah SAW., menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib membelajarkan anak-anaknya agar kelak dewasa ia mampu hidup mandiri dan mengembangan dirinya, demikian juga sebah sya’ir Islam dalam baitnya berbunyi; “belajar sewaktu kecil ibarat melukis di atas batu”. Neisser (1976) (dalam Yamin, 2005:97) menyebutkan bahwa anak-anak membutuhkan pengetahuan awal, dan memiliki keyakinan, kepercayaan yang masih semu, di samping itu anak-anak memiliki banyak pengharapan akan sesuatu, pada masa itu anak-anak membutuhkan banyak belajar dan memungkinkan memberi pengetahuan kepadanya.

Baca Juga

Para ahli ilmu jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai membiasakan tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olah raga, membiasakan agar jangan meludah di tempat umum, jangan membelakangi di mana ada orang lain, jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah, menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi adik-adik yang umur dibawanya. Kebiasaan sehat seperti ini lebih tepat ditanam pada usia masih kecil, pepatah mengatakan “masa kecil terbiasa dan dewasa terbawa-bawa”. Bagaimana bentuk seorang anak, begitulah hantinya setelah dewasa. Ada suatu kewajiban bagi seorang guru sewaktu memberi pelajaran untuk merubah perilaku dengan mengaitkan materi budi pekerti, moral, akhlak, agar siswa terbiasa dengan yang baik dan benar, pada intinya pembelajaran merubah perilaku siswa kepada yang baik dan benar.
Al Gazali dalam bukunya “Ihyaa ‘Ulumuddin”, Jilid III halaman 63 (dalam Yamin, 2005:98) menyebutkan anak-anak harus sejak kecilnya dibiasakan kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi kebiasaan bila ia sudah dewasa, demikian juga antara lain: Melatih anak-anak adalah suatu hal yang terpenting dan perlu sekali. Anak-anak adalah suatu hal yang terpenting dan perlu sekali. Anak-anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan berbahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan sifat-sifat buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa. Pemeliharaan ayah dan ibu terhadap anaknya ialah dengan jalan mendidik, mengasuh dan mengajarnya dengan akhlak atau moral yang tinggi dan menyingkirkannya dari teman-teman yang jahat. Di saming itu Al Gazali mengatakan meskipun pada anak-anak menampakkan tanda-tanda kecerdasan, perlu penjagaan, pengawasan yang baik, manakala ayah, ibunya lalai dalam memelihara bakat itu, kecerdasan yang merupakan potensi, bakat tadi akan sirna (dalam Yamin: 2003:98).
Ahli ilmu jiwa anak mengatakan jangalah terlalu sering memaki, mencela anak-anak setiap kali yang mengakibatkan ia menganggap enteng tiap-tiap celaan dan tarus melakukan kejahatan-kejahatan, dan hilanglah pengaruh nasehat dalam hatinya. Ayah, ibu harus memelihara janji-janji dengan anak, manakala janji dilanggar akan membuatkan anak-anak tidak memiliki kepercayaan terhadap ayah dan ibu.
Proses belajar telah dimulai sejak kecil, pada umur 1,6 s.d . 7 tahun. Masa ini menurut Ph. A. Kohnstamm adalah masa estetika/masa keindahan, anak memandang dan mengamati dunia sekelilingnya dengan suatu keindahan (dalam Yamin, 2005:99). Ia asyik dan tenggelam dalam bermain, mendengar cerita yang sesuai dengan fantasinya, dan mencoba mengenal benda-benda yang ada di sekitarnya dan tertarik terhadap benda-benda yang warna mencolok, aneh menurutnya, dan berusaha untuk mengenalinya.
Pada usia dini anak-anak banyak bertanya tetang apa yang ia lihat dan belajar mengenali sesuatu melalui lingkungannya, seperti anak ingin tahu tentang kelapa, ia bertanya kepada ibu, “ini apa, bu?”, tentu sang ibu menjawa; “ini kelapa”, kemudian anak bertanya lagi, “itu apa?”, ibu menjawab “kelapa”, yang tadi kelapa hijau, dan ini kelapa kuning”, pertanyaan anak anak berlanjut terus, aya, ibu, dan orangtua memiliki peran besar dalam membimbing, mengarahkan belajar anak pada usia ini (ayah, ibu, dan keluarga merupakan pendidik utama). Jika pertanyaan anak tidak dijawab, pengalamannya tidak bertambah. Peran aktif ayah, ibu, dan orang tua diharapkan sewaktu mengajak anak bermain-main, ayah, ibu, kakak, kakek, dan nenek lebih banyak mengenalkan sesuatu kepada anak, walaupun anak tidak bertanya, kita yang melempar pertanyaan kepadanya, seperti; “itu apa?’, “itu ayam”, penjelasan tentang sesuatu sebaiknya diulang, seperti; ayam, dan sebagainya.
Gagne (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru (dalamYamin: 2003:99).
Definisi belajar di atas ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, berfikiran moderen, cekatan, pandai, dan bijaksana diperdapat melalui proses membaca, melihat, mendengar, dan meniru. Seseorang umpamanya belajar dengan mengagumi suatu objek, figure melalui bacaan, pengamatan, dan pendengaran yang kemudian disenangi dan dikaguminya seperti tertarik pada keindahan, kerapian, kedamaian objek, demikian pula seorang figure atau tokoh yang dikenal melalui pengamatan, bacaan, drama, sineron dan figure tadi memiliki pengaruh terhadap masyarakat lain karena dia berkata benar, logis dan nyata, maka pengamat yang tertari itu berupaya untuk meniru dan mengikutinya.
Kita dianjutkan lebih banyak membaca sebab membaca merupakan kegiatan belajar seseorang. Kita harus mampu membaca informasi, membaca pengetahuan, membaca situasi, membaca informasi, membaca pengetahuan, membaca situasi tentang ketata negaraan, membaca norma-norma agama dan lain sebagainya agar mampu hidup di dalam masyarakat. Membaca merupakan kegiatan yang penting. Perintah pertama Allah SWT., kepada RasulNya adalah perntah membaca. Membaca tidak hanya sekendar tulisan tetapi kita juga mampu membaca hal-hal yang tidak tertulis, membaca gejala-gejala alam, membaca situasi kenegaraan, membaca data-data, proposisi-proposisi yang ada agar kita berpengatahuan tentang itu, dan tahu tentang infirmasi tersebut, Alvin Tofler seorang tokoh komunikasi menyebutnya “Siapa yang menguasai informasi maka dialah yang menguasai dunia” (dalam Yamin, 2005:99)
Belajar melalui meniru, mencontoh perilaku yang baik sangat dilanjutkan oleh sebab itu sosok seorang guru adalah sosok yang dapat ditiru atau dicontoh oleh siswa. Suatu masyarakat yang berbudaya tinggi, berfikir maju, perkembangannya berlangsung dari proses meniru yang didapat dari lingkungannya, perkembangan suatu ilmu pengetahuan diakibatkan oleh meniru, ilmu manajemen berkembang di Perancis secara histories dari kandang kura, istilah manajemen berasal darikata “manege” atau “manage” yang memiliki arti, “tempat latihan kuda”, “tempat menjinakkan kuda” di mana ia berhasil mengelola dan menjinakan kuda-kuda liar (Atmosudirdjo, 1982:33) (dalam Yamin, 2005:101).
Meniru untuk kemasalahatan umum sangat dibenarkan. Bahkan, semenjak Nabi kita Adam, proses meniru telah dimulai, tatkala terjadi perkelaian antara anak Nabi Adam bernama Kabil dan Habil. Habil adinya terbunuh, kabil kebingungan bagaimana cara memeprlakukan adiknya yang telah meninggal. Akhirnya ia melihat, mengamati seekor burung Gagak yang sedang menguburkan rekannya yang telah mati ke dalam tanah. Setelah itu pula Kabil mencoba meniru burung Gagak dan menguburkan Habil ke dalam tanah (Surat Al Maidah ayat 27-31), akibiat dari proses meniru itu sampai sekarang sebagian umat manusia menguburkan orang meninggal ke dalam tanah, dan masih banyak proses belajar melalui meniru yang kita perdapat, perhatikan makhluk bertubuh kecil “semut” yang mampu bersahabat dengan sejumlah semut-semut lain, setiap kali berpapasan ia saling memberi informasi. Tatkala menemukan bangkai belalang dan tidan mampu membawanya, ia pergi mencari teman-teman yang lain, tanpa pernah tahu berapa besar bangkai belalang tersebut, setelah teman-temannya banyak, mereka membawa bangkai tersebut ke sarangnya untuk dikonsumsi bersama-sama, semut tercatat sebagai makhluk yang mampu menyiapkan makan untuk beberapa hari , bulan, tahun, dalam mengantisipasi bahaya banjir dan sebagainya. Dalam Al Qu’ran salah satu surat Tuhan menamakan “An Naml”, yang berarti “semut”.
B.     Belajar dan Proses Penerimaan Informasi
Pepatah seorang ulama kharismatik yang pernah dimiliki banga Indonesia, Prof. Hamka; “Alam terkembang dapat menjadi guru”. Alam adalah dunia yang ada di sekitar kita akan menyampaikan informasi, berupa gejala-gejala, dan tanda-tanda yang dapat kita simpan di dalam otak kita, dan dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, banyak informasi yang berlalu begitu saja karena ketidak kesadaran, dan tidak aktifnya memori kerja kita, hanya sebagian kecil informasi yang dapat menjadi pengetahuan dan menyatu dengan pengetahuan sebelumnya di dalam memori jangka panjang.
Memori kerja di atas, adalah memori jangka pendek yang berfungsi sebagai pengolah informasi dari luar dan meneruskan atau hadir dalam kesadaran seseorang, karena rangsangan dari pengetahuan yang ada dalam diri seseorang. Contohnya; Mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah dengan dosen, seketika mereka mendengar suara benturan di jalan raya, bahwa suatu itu adalah benturan kendaraan bermotor, yang memberi kepastian suara tersebut adalah pengetahuan yang sudah ada pada anda, bahwa bunyi seperti itu jelas benturan kendaraan, manakala anda tidak memiliki pengetahuan sebelumnya, anda tidak akan mengerti benturan apa yang terjadi di jalan raya tersebut. Dengan demikian memori jangka pendek adalah memproses kerjasama informasi dari luar dengan pengetahuan relevan yang ada.
Pengetahuan awal yang hadir dalam diri sseseorang berada dalam keadaan siaga, apabila ada rangsangan informasi dari luar, rangsangan dari dalam meresponnya, keduanya besentuhan dan terangkat ke memori kerja dan menjadi alam kesadaran, aktivitas ini menjadi informasi baru dalam alam sadar. Seperti mahasiswa yang mengikuti kuliah statisktik, mereka memiliki pengetahuan menambah, mengurangi, membagi diaktifkan atau dihubungkan dengan materi yang baru, proses seperti ini disebut proses kesadaran yang terjadi dalam kesadaran kita.
Informasi baru yang membuat seseorang tertarik dengannya, adalah peran aktif pengetahuan yang telah ada. Belajar adalah proses seseorang menerima informasi baru. Perolehan pengetahaun baru merupakan dukungan atau aktivitas pengetahuan yang telah da pada diri seseorang.
Menurut Ausubel (1968) dalam teori bermaknanya menjelaskan bahwa belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dimana kita tidak tahu bagaimana mekanisme kita dapat tersimpan dalam otak, menurut ahli dalam penyimpanan informasi melibat banyak sel. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang menyimpan informasi (Yamin, 2005:103).
Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahaun yang telah ada dalam strutur kognitif seseorang. Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan dengan subsumber-subsumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif, dan mengakibatkan pertumbuhan dan modifikasi subsumber-subsumber yang ada, dan sesuai dengan pengalaman yang telah diperdapat seseorang.
Menurut Gagne (1985) informasi dalam energi fisik (tulisan, bunyi, ucapan, tekanan untuk sentuhan, dan lain-lain)  diterima oleh reseptor yang peka terhadap energi dalam bentuk tertentu. Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-tanda dalam bentuk impuls-impuls elektrokimia, ke otak. Kemudian impuls-impuls saraf dari reseptor masuk ke suatu registor pengindera yang terdapat dalam sistem saraf pusat. Informasi pengindera disimpan dalam sistem saraf pusat dalam waktu yang singkat sekali. Selanjutnya sebagian kecil informasi tadi hilang dari sistem. Proses selanjutnya melalui mekanisme persepsi selektif, ia akan menyeleksi informasi-informasi sesuai dengan persepsi; pengetahuan awal, keyakinan, dan pengharapan. Tatkala informasi dapat diterima dengan pengkodean, kemudian tersimpan dalam memori jangka panjang. Memori jangka panjang menyimpan informasi dalam jangka lama (Yamin, 2005:103).
Informasi yang tersimpan dalam memori panjang menurut Gagne akan dapat dipanggil melalui generator respons, generator respons mengatur urutan respon, dan membimbing efektor-efektor. Efektor-efektor meliputi semua otot dan kelenjar kita, efektor-efektor dalam belajar di sekolah adalah tangan untuk menulis dan suara untuk berbicara.
C.    Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.
D.    Pembelajaran Terstruktur
  1. Pengertian
Pembelajaran tersetruktur, adalah bentuk pembelajaran sistematis. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersetruktur, guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses itu. Dapat juga pembelajaran terstruktur ini disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai.
  1. Tugas Terstruktur
Tugas terstruktur adalah salah satu bentuk kegiatan kurikuler sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap proses kegiatan pasti ada arah tujuan yang hendak dicapai, demikian halnya belajar mengajar yang dilakukan guru. Guru diharapkan memiliki strategi tertentu dalam melaksanakan pembelajaran, agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
  1. Tujuan dan Lingkup Tugas Tersetruktur
Tugas terstruktur dapat diberikan kepada siswa di luar proses pembelajaran. Tujuan pemberian tugas terstruktur adalah untuk menunjang pelaksanaan program intrakurikuler. Tujuan tersebut juga agar siswa dapat lebih menghayati bahan-bahan pelajaran yang telah dipelajarinya serta melatih siswa untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.
Ruang lingkup kegiatan tugas terstruktur dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), sebagai berikut:
a.       Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap muka (di rumah)
b.      Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap muka suatu pokok bahasan.
c.       Siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok.
d.      Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pemeriksaan, dan penilaian.
d.   Azas Pelaksanaan
Kegiatan terstruktur dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan atau di tempat lain. Bentuknya juga dapat disesuaikan dengan materi pokok bahasan yang sedang dipelajari. Misalnya dapat berupa membuat laporan, mengarang, mengerjakan soal-soal, membaca buku, dan sebagainya.
Pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur harus memperhatikan azas-azas sebagai berikut:

a.       Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler.
b.      Hubungannya jelas dengan pokok bahasan yang diajarkan.
c.       Menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi tantangan dalam kehidupannya.
d.      Tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa yang dapat mengakibatkan gangguan fisik ataupun psikologis.
e.       Tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun orang tua siswa.
f.        Perlu pengadministrasian yang baik dan teratur.
Jadi pemberian tugas terstruktur yang tidak berdasarkan azas-azas tersebut dapat berakibat pada beban fisik maupun psikologis pada siswa, oleh sebab itu guru harus mempertimbangkan pelaksanaannya secara baik.
  1. Bentuk Pelaksanaan Tugas Terstruktur
Kegiatan tugas terstruktur dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok. Kerja kelompok mempunyai arti yang sangat penting untuk mengembangkan sikap bergotong-royong, tenggang rasa, persaingan sehat, kerjasama dalam kelompok dan kemampuan memimpin.
Jenis tugas hendaknya juga disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok, sehingga tugas benar-benar dapat dilakukan secara kelompok. Jadi tugas yang tidak seharusnya diberikan secara kelompok dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan baru bagi siswa, sedangkan tugas perorangan mempunyai makna untuk mengembangkan sikap mandiri dan memungkinkan penyesuaian kegiatan belajar dan minat serta kemampuan siswa.
  1. Langkah-langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan tugas terstruktur meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Persiapan dilakukan oleh guru dengan cara menyiapkan, merencanakan bahan atau materi yang akan ditugaskan kepada siswa. Kemudian menginformasikan tugas tersebut kepada siswa disertai penjelasan yang menyangkut pelaksanaan tugas tersebut. Pelaksanaan dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas tersebut secara perorangan maupun kelompok seperti yang dikehendaki guru. Peyelesaian tugas tersebut dapat dalam satu kali tatap muka (1 minggu) atau dalam beberapa kali tatap muka (beberapa minggu).
Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan terutama terhadap hasil kegiatan terstruktur. Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan tugas terstruktur, dan hasil penilaian tersebut dipertimbangkan dalam menentukan nilai rapor.
E.     Kerangka Teori
  1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebagkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.


  1. Motivasi Belajar
a.       Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinnya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b.   Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
  1. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui suatu proses belajar yang berwujud angka simbol-simbol yang menyatakan kemampuan siswa dalam suatu materi pelajaran tertentu.

Post a Comment for "Pemberian Tugas"